Menjaga Tradisi Ruwat Bumi yang Hampir Dilupakan
SENI BUDAYA- Ruwat bumi adalah sebuah tradisi upacara
adat sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen pertanian sebagai upacara
penolak bala sekaligus penghormatan terhadap nenek moyang.
Biasanya Ruwat Bumi Dilaksankan pada
masa awal tanam padi, atau menjelang musim hujan turun. Yang isinya berupa
tradisi mengelilingi wilayah desa tertentu dengan menampilkan aneka hasil bumi.
Selain itu biasanya diisi denga tradisi saling menyiram air
Dilansir Ayopiknik.id Upacara ngaruwat
bumi di Subang, Jawa Barat, telah berumur ratusan tahun. Namun kesakralannya
sebagai tradisi masyarakat agraris tetap terasa. Ruat dalam bahasa sunda
artinya mengumpulkan dan merawat. Yang dikumpulkan dan dirawat adalah
masyarakat dan hasil buminya seperti dilansir Subang.go.id.
Ruwatan bumi juga disebut hajat bumi,
menggenapi rangkaian upacara yang digelar sebelumnya, seperti : upacara hajat
solok, Mapag Cai, mitembiyan, netepkeun, nganyarkeun, hajat wawar, ngabangsar,
dan kariaan. Mayoritas diantaranya terkait proses pertaian, khusunya budidaya
padi. Dengan tradisi ruwatan bumi, padi memiliki tempat istimewa. Padi atau beras,
dalam keyakinan masyarakat setempat, tidak hanya sebagai bahan pangan. Padi
diyakini bermula dari aktivitas dewi-dewi sehingga bersifat sakral dan segala
proses menghasilkannya dipandang suci.
Kirim Komentar